Ciri – ciri Kalimat
Efektif
1.
Kesatuan atau Kesepadanan
Syarat
pertama agar sebuah kalimat menjadi efektif adalah kesatuan gagasan. Artinya
setiap kalimat harus mempunyai gagasan pokok yang jelas dan utuh. Gagasan pokok
itu mungkin satu, mungkin dua atau bahkan mungkin lebih. Kesatuan gagasan dalam
kalimat dapat ditentukan oleh dua faktor. Pertama situasi kalimat, dan kedua,kejelasan
makna kalimat.
Contoh
: Ani pergi ke Bandung besok lusa.
2.
Kepaduan atau Koherensi
Kesalahan
penepatan kata – kata yang tidak sesuai, di depan, di tengah atau di belakang
kalimat, merupakan isyarat tidak akan ada atau tidak tercapainya unsur kepaduan
atau koherensi dalam kalimat. Kesalahan lain, biasanya tampak pada penempatan
preposisi atau kata depan, konjungsi atau kata penghubung, dan kata- kata
tugas, kalimat yang tidak padu, yang tidak koheren antara unsurnya, tidak
termaksud ke dalam kalimat efektif.
Contoh
kalimat yang tidak padu : Putra sangat menyukai anime onepiece. Tak hanya
menyukai alur ceritanya, ia juga sangat suka dengan lagu – lagu yang menjadi
Oroginal Soundtrack (OST) dari manga karya Eichiro Odha ini. Kolksinya hingga
kini telah mencapai 75 buah komik dan 750 serial animenya. Putra juga sangat
mnyukai buah apel dan papaya. Ia sangat mengagumi beberapa tokoh yang ada dalam
cerita anime ini. Dalam komunitas sosialnya, Putra tergabung dalam sebuah
komunitas pencinta serial animasi jepang ini.
Contoh
kalimat yang padu : Putra sangat menyukai anime onepiece. Tak hanya menyukai
alur ceritanya, ia juga sangat suka dengan lagu – lagu yang menjadi Oroginal
Soundtrack (OST) dari manga karya Eichiro Odha ini. Kolksinya hingga kini telah
mencapai 75 buah komik dan 750 serial animenya. Ia sangat mengagumi beberapa
tokoh yang ada dalam cerita anime ini. Dalam komunitas sosialnya, Putra
tergabung dalam sebuah komunitas pencinta serial animasi jepang ini.
3.
Kesejajaran atau Keparalelan
Kesejajaran
adalah penggunaan bentuk garamatikal yang sejajar atau sama untuk unsur – unsur
kalimat yang mempunyai bagian atau jabatan yang sama. Tanpa kesejajaran atau
paralisme, sebuah kalimat hanya akan menjadi deretan kata yang sulit dipahami
maksud dan maknanya dengan cepat. jika frasa pertama memakai imbuhan di-kan
atau me-kan, maka frasa kedua dan ketiga harus menggunakan imbuhan di-kan atau
me-kan pula.
Contoh
kalimat tidak sejajar : Ketua Osis meminta kepada semua kepala definisi untuk
memindak anggota yang tidak disiplin, anggota yang lalai dalam mengerjakan
tugasnya harus ditegur, dan ketua harus memberi hukuman yang tegas dan siapapun
anggotanya yang terbukti tidak menjalankan tugas dengan baik.
Contoh
kalaimat yang sejajar : Ketua Osis meminta kepada semua kepala definisi untuk
memindak anggotanya yang tidak disiplin, menegur anggota yang melalaikan tugas,
dan bahkan harus berani memberikan hukuman tegas pada siapapun anggota yang
terbukti tidak mampu menjalankan tugas dengan baik.
4.
Penekanan atau Titik berat
Memberikan
tekanan pada bagian – bagian tertentu yang dianggap penting oleh penulis atau
jurnalis, atau harus mendapat perhatian khusus oleh khayalan pembaca, pendengar
atau pemirsa, dalam Bahasa jurnalistik disebut penekanan, titik berat, atau empasis.
Jika subjek yang ingin kita tonjolkan, maka subjek kita tempatkan pada awal
kalimat. Jika predikat ingin kita angkat karena misalnya mengandung nilai
berita besar, maka predikat itulah yang digeser ke awal kalimat. Begitu juga
jika kita ingin menonjolkan unsur objek atau keterangan waktu dan tempat. Cara ini
disebut dengan pemindahan posisi dalam kalimat.
Contoh:
Harapan
siswa di Indonesia adalah perencanaan pendidikan gratis tidak hanya di sekolah
Negri saja tapi di seluruh sekolah, di Indonesia.
5.
Kelogisan atau Kenalaran
Setiap
kalimat jurnalistik yang ditulis oleh penulis, jurnalis, atau editor, haruslah
logis. Logis berarti kalimat yang disusun dapat diterima logika akal sehat.
Ketidak logisan muncul dalam sbuah kalimat bila kita kurang cermat atau bahkan
ceroboh dalam rangkai kata, frasa, dan klausa jurnalistik yang kit abaca menjadi
terasa aneh, janggal, menyesatkan.
Contoh
kalimat yang tidak logis : Untuk Bapak Lurah yang kami hormati, kami undang ke depan
untuk memberikan kata sambutan, waktu dan tempat kami persilahkan.
Contoh
kalimat yang logis : Untuk Bapak Lurah yang terhormat, kami persilahkan untuk
memberikan kata sambutan.